Kamis, 11 Desember 2008

APAKAH SI ANAK KECIL YESUS & YESUS KRISTUS ORANGNYA SAMA? (2/2)

Perjalanan Yesus yang pertama ke India

Salah satu bagian terpenting dari kehidupan Isa ini adalah dalam hal perjalanan pertamanya ke India. Risalah berikut ini dimulai dari ayat 5, bagian ke 4 dari biografinya yang dikisahkan oleh Notovich dari naskah-naskah di Hemis itu sebagai berikut:

“Tidak lama setelah itu, seorang anak yang molek dilahirkan di negeri Israel:
Tuhan sendiri langsung berbicara kepada anak ini, menerangkan kurang berartinya lahiriyah dan mulianya rohani”.
“Kedua orang tua anak itu miskin, dan termasuk keluarga yang terhormat karena kesalehan mereka dan mereka telah lupa akan keturunan yang mulia di bumi, memahasucikan Sang Pencipta dan memberkahi mereka yang malang, yaitu agar mereka dianugrahi”.
“Agar keluarga ini diberi ganjaran karena selalu memperingatkan kepada jalan yang benar, maka Tuhan mengkaruniakan kelahiran bayi pertama kepada mereka dan memilihnya untuk menyelamatkan orang-orang yang terjerumus ke dalam lumpur dosa dan untuk menyembuhkan orang-orang yang menderita.” “Anak yang diberkahi, yang kepadanya mereka berikan nama Isa, mulai membicarakan keesaan dan ketauhidan Ilahi sejak masa kanak-kanak. Ia memperingatkan orang-orang yang sesat untuk bertobat dan membersihkan dosa-dosa mereka.”
“Orang-orang datang dari mana-mana untuk mendengarkannya dan mereka terpesona akan kebijaksanaan yang mengalir dari bibirnya yang masih sangat muda itu; orang-orang Israel menjaga Roh Suci yang bersemayam di anak ini.” “Ketika Isa mencapai usia tigabelas tahun, yang pada usia itu bangsa Israel biasanya memungut isteri, di satu rumah di tempat kedua orang tuanya mencari nafkah yang menjadi tempat pertemuan orang-orang kaya dan terhormat, ada yang menginginkan Isa untuk menjadi menantunya karena diskusi-diskusinya yang menggugah keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan karena kemasyhurannya yang sudah tersebar luas”.
“Pada waktu itu juga Isa secara rahasia sudah menghilang dari rumah orang tuanya. Dia meninggalkan Yerusalem dan menuju Sind, bersama para kafilah pedagang, berniat untuk memperbaiki dan menyempurnakan dirinya dalam mencari pengertian Ilahi dan untuk mempelajari hukum-hukum Sang Buddha yang mulia”.

Ayat-ayat tersebut adalah bagian akhir dari bab keempat dari naskah yang menceriterakan kehidupan Isa.
Sebagaimana telah saya kemukakan pada ‘Kata Pengantar’, “Isa” sama dengan “Yesus”. Maka di dalam mengikhtisarkan kelanjutan manuskrip yang disalin oleh Notovich, saya akan kembalikan kepada Yesus apabila naskah (manuskrip) tersebut menunjukkan Isa.
Manuskrip tersebut terus menceriterakan kehidupan Yesus dengan mengatakan, bahwa pada usia empatbelas tahun beliau melintasi Sind dan menetapkan dirinya untuk memilih daerah ber-Tuhan. Kemasyhuran beliau tersebar luas ke seluruh daerah utara Sind, dan, ketika beliau menjelajahi Ainjab, suatu daerah yang mempunyai lima sungai, para penyembah Tuhan Jaina memohon dengan sangat kepada beliau untuk tinggal bersama mereka. Tetapi beliau meninggalkan mereka dan berjalan terus menuju Jagannath di negeri Orissa, di sana telah tinggal Vyasa-Krishna. Di sana beliau diterima dengan suka-cita oleh para pendeta Brahma, kemudian mengajarkan beliau untuk membaca dan mempelajari Kitab Weda, untuk menyelamatkan dirinya langsung dengan sembahyang, untuk menerangkan Kitab Suci kepada orang-orang dan untuk mengusir roh jahat dari jasad manusia dan mengembalikannya kepada bentuk wujud manusia yang seutuhnya. Yesus tinggal di Jagannath, Rajagriba, Benares dan di kota-kota suci lainnya selama enam tahun; setiap orang menyukai beliau, dan beliau tinggal dalam kedamaian bersama para Waisya dan Sudra, beliau mengajarkan Kitab Suci kepada mereka.
Yesus membuat musuh pertamanya ketika beliau membicarakan masalah persamaan umat manusia, karena para Brahmana menganggap bahwa para Sudra itu sebagai budak dan menetapkan bahwa hanya kematianlah yang akan membebaskan mereka. Para Brahmana mengajak beliau untuk meninggalkan para Sudra itu dan memeluk agama Brahmin, tetapi Yesus menolak dan bahkan mengajarkan kepada para Sudra untuk menentang para Brahmin dan Kesatria, memberantas penyembahan berhala dan membicarakan ketauhidan dan segala kemaha-kuasaan Tuhan. Beliau dengan keras sekali mengutuk ajaran yang memberikan kekuasaan kepada orang untuk merampok orang lain yang baik, dan bahkan mengajarkan bahwa Tuhan tidak mengajarkan perbedaan di antara anak-anak-Nya, semua sama-sama dicintai. Karenanya para pendeta Brahmin membencinya dan berniat untuk menangkap dan membunuhnya, mereka mengirim para tukang jagal mereka untuk mencarinya. Tetapi Yesus telah diperingatkan oleh para Sudra akan bahaya yang mengancam itu. Beliau meninggalkan Jagannath di waktu malam, maka akhirnya sampailah di pegunungan dan menetapkan dirinya untuk pergi ke negeri Gautama, di mana di sana Sanghiyang Buddha dilahirkan, di antara para penyembah Tuhan Yang Maha Esa yakni Sang Brahma.

Setelah benar-benar mempelajari bahasa Pali, beliau mencurahkan waktunya untuk mempelajari gulungan-gulungan naskah kitab suci Sutra, dan dalam masa enam tahun beliau telah cakap menerangkan kitab suci tersebut. Kemudian beliau meninggalkan Nepal dan pegunungan Himalaya, turun ke lembah Rajputana dan pergi menuju arah Barat, kemudian mengajarkan keesaan dan hanya satu-satunya Tuhan serta menganjurkan orang-orang untuk membasmi perbudakan dan melarang menyembah berhala.
Ketika beliau memasuki negeri Persi, para pendeta di sana memperingatkan rakyat dan melarang mereka untuk mendengarkan ucapan-ucapan beliau; tetapi rakyat masih saja mendengarkan beliau, maka para pendeta menangkap beliau dan membawanya ke hadapan mereka. Kemudian mereka berbicara bersama beliau lama sekali, dan Yesus mencoba meyakinkan mereka agar tidak mendewakan matahari dan tidak mendewakan Tuhan yang Baik dan Tuhan yang Jahat, menjelaskan kepada mereka bahwa matahari itu hanyalah benda ciptaan Tuhan, dan Tuhan Yang Mahakuasalah yang benar-benar Tuhan dan hanya satu-satunya dan tidak ada Tuhan yang jahat.
Para pendeta mendengarkan beliau dan memutuskan untuk tidak menganiaya beliau; tetapi di waktu malam hari, sementara orang-orang sedang tidur nyenyak, mereka menangkap beliau dan membuangnya ke luar tembok kota, dan membiarkannya di sana dengan harapan supaya diterkam binatang-binatang buas. Tetapi Yesus melanjutkan perjalanannya dengan aman dan segar bugar, hingga akhirnya sampai kembali di Israel ketika beliau berusia duapuluh sembilan tahun.
Pada bagian berikutnya dari kehidupan Yesus di dalam versi berbahasa Tibet, sebagaimana dikisahkan oleh Notovich, lebih banyak persamaannya dengan Bebel mengenai kependetaan Yesus. Jadi, apa yang dipersembahkan manuskrip-manuskrip berbahasa Tibet, dalam hal ini, adalah suatu keterangan yang dapat diterima akal mengenai segala kegiatan Yesus selama masa mudanya dan pada masa mendekati dewasanya, di mana dalam hal ini Bebel benar-benar tidak mengatakan apa-apa.
Selama kami tinggal di Kashmir, kami tidak bisa mengunjungi Leh dan Biara Hemis, karena pada waktu itu bulan April dan jalan-jalan di sana benar-benar terkurung salju. Walaupun begitu, kesaksian Notovich berkenaan dengan manuskripmanuskrip yang ada hubungannya dengan masalah itu dan studi kami mengenai bukti-bukti – yang diambil dari ceritera-ceritera kuno dan adat-istiadat serta latar belakang sejarah dan lain sebagainya, -- hal itu dapat meyakinkan kami untuk mengambil patokan bahwa Yesus hidup dan wafat di kaki pegunungan Himalaya.
Pada bab-bab berikut ini, ada bukti suatu hipotesa yang bisa disajikan dan memberikan pandangan kepada kemungkinan bahwa Yesus masih tetap hidup setelah mengalami cobaan di atas kayu salib, dan suatu ketika luka-luka beliau sembuh, kemudian pergi pada pengembaraannya yang kedua menuju Kashmir. Sebagaimana akan kita lihat, di sana ada sejarah dan alasan-alasan Bebel yang meyakinkan bahwa Kashmir telah ditempati oleh suku-suku Israel yang hilang, yang, jika hipotesa ini benar, maka menjadi kenyataanlah akhir ke-Masih-an beliau di dunia fana ini.
APAKAH SI ANAK KECIL YESUS & YESUS KRISTUS ORANGNYA SAMA?
Injil Yang Membisu
Setelah menceriterakan panjang-lebar berbagai peristiwa yang berhubungan dengan kelahiran Yesus, empat Injil Canonic (yang disyahkan oleh Gereja-gereja), benar-benar tak banyak bicara mengenai segala peristiwa kehidupan beliau sampai pada waktu beliau berusia tigapuluh tahun. Mereka hanya memperkirakan di antara tahun-tahun yang diberikan oleh Lukas 2:39-52 (Semua catatan Bebel diambil dari versi King James, yang masih banyak tersebar luas):

Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.
Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padanya.
Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur duabelas tahun, pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.
Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tuanya.
Karena mereka menyangka bahwa ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka.
Karena mereka tidak menemukan dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan dia dalam Bait Allah; ia sedang duduk di tengah-tengah alim-ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.
Dan semua orang yang mendengar dia sangat heran akan kecerdasannya dan segala jawab yang diberikannya.
Dan ketika orang tuanya melihat dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibunya kepadanya: “Nak mengapakah engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapakmu dan aku dengan cemas mencari engkau”.
Jawabnya kepada mereka: Mengapa kamu mencari aku? Tidakkah kamu tahu bahwa aku harus berada di dalam rumah Bapakku”? Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakannya kepada mereka. Lalu ia pulang bersamasama mereka ke Nazaret. Dan ibunya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.
Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatnya dan besarnya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.

Peristiwa kehidupan Yesus berikutnya banyak diceriterakan oleh Yahya pada usia tigapuluhan, dimana pada waktu itu beliau memulai kependetaannya (Lihat Lukas 3:23). Ini terjadi delapanbelas tahun setelah ada peristiwa di kuil, yang banyak meninggalkan sejumlah besar jurang kehidupan Yesus menurut perkiraan Bebel. Kita harus merasa tidak cukup puas dengan kebisuan ini, dan, sungguh boleh bertanya sebebas-bebasnya jika orang yang tampil di kehidupan masyarakat luas di usia tigapupuh tahunan itu benar-benar sama seperti anak yang lahir di Bethlehem.
Penemuan Nicolai Notovich
Pada waktu kunjungan pertama kami kepada Professor Hasnain, di rumahnya di Srinagar, beliau menceriterakan kepada kami mengenai kepercayaanya yang sudah turun-temurun, bahwa Yesus telah pergi ke Kashmir.
Pada suatu Januari yang menyedihkan dia terkurung salju di Leh, ibu kota Ladakh, suatu daerah pegunungan antara Kashmir dan Tibet. Demi membunuh waktu, dia mulai menelaah lembaran-lembaran tua dan naskah-naskah yang disimpan dan dipelihara di perpustakaan kependetaan (biara) di Leh, dan tatkala dia membukabuka lembaran itu, dia menemui catatan-catatan harian yang disimpan oleh missionaris Jerman, dokter Marx dan dokter Francke, suatu jama’ah missionaris agama yang pernah mengunjungi bagian-bagian pelosok dunia. Mereka tidak pergi ke kota-kota besar seperti Srinagar atau New Delhi, tetapi pergi ke daerah-daerah terpencil seperti ke Leh di Ladakh itu. Catatan-catatan harian itu berisi empatpuluh jilid dan bertanggalkan 1894. Professor Hasnain yang tidak bisa membaca bahasa Jerman, dimana catatan-catatan itu ditulis, beliau penasaran dan ingin tahu mengenai isi manuskrip-manuskrip itu, kemudian beliau mulai memeriksa halamanhalamannya. Di dalam halaman-halaman itu beliau melihat suatu nama yang ditulis dengan tinta merah: “-San Issa-“ dan berhadapan dengan nama Nicolai Notovich. Karena beliau tidak bisa membaca teks-teks itu, lalu beliau foto saja teks itu sebanyak dua halaman (halaman 118 dan 119) dan setelah beliau pulang ke Srinagar naskah tersebut diterjemahkan. Beliau dapati, bahwa naskah tersebut menunjukkan kepada sejumlah naskah yang ditemukan oleh Notovich di Biara Hemis, duapuluh mil sebelah tenggara Leh. Menurut naskah-naskah tersebut, Yesus telah berada di India dan kebanyakan di daerah utara Tibet dan Ladakh, persis selama usia delapanbelas tahunan yang hal itu tidak dikatakan apa-apa oleh Bebel. Dua orang missionaris Jerman itu tidak percaya akan keterangan Notovich, dan tidak juga kepada keterangan-keterangan Gerakan Ahmadiyah; tetapi Professor Hasnain yakin akan keaslian kesaksian atau bukti Notovich tersebut dan yakin pula bahwa Yesus bukan saja pernah mengembara ke Kashmir pada usia mudanya, tetapi juga beliau selamat dari kematian di kayu salib dan setelah itu mengungsi ke Kashmir.
Namun begitu, marilah kita uji teks Notovich itu. Nicolai Notovich adalah seorang pengembara Rusia yang pada penghujung akhir abad yang lalu menyelidiki suatu daerah kecil yang dikenal sebagai “Tibet Kecil” yang berbatasan antara Kashmir dan Ladakh. Setelah mengunjungi Leh (ibu kota Ladakh), Notovich melanjutkan perjalanannya sejauh-jauhnya sampai ia menjumpai Biara Hemis, salah satu daerah biara dan perumahan perpustakaan buku-buku keagamaan yang sangat penting. Sewaktu berbicara kepada pemimpin pendeta Tibet di sana, Notovich menyebutkan bahwa baru-baru ini ia mengunjungi pendeta Moulbeck, yang tinggal di antara puncak tertinggi di atas kota Wakha, sangat tergerak sekali hatinya setelah diceriterakan mengenai seorang Nabi yang disebut Isa.
Lama (pendeta agama Buddha) itu menceriterakan kepadanya bahwa nama Isa itu sangat dihormati di kalangan orang-orang Buddha, tetapi hanya itu saja aktifitas Nabi yang dikenal oleh para pendeta yang membaca gulungan naskah yang berhubungan dengan kehidupannya. Di sana ada 84.000 gulungan naskah tentang para Nabi, yang salah satunya itu adalah Isa, dan hanya beberapa orang saja yang pernah membaca itu sampai seratus bagian dari berbagai jilid yang tercatat itu. Karenanya ada satu kebiasaan bahwa masing-masing murid atau pendeta yang mengunjungi Lhasa, ibu kota Tibet, selalu menghadiahkan satu copy atau lebih gulungan naskah miliknya kepada biara yang ada di sana. Pendeta Buddha Hemis telah membangun satu perpustakaan besar untuk menyimpan gulungan-gulungan naskah tersebut, dan di antaranya ada yang menguraikan tentang kehidupan Nabi Isa, yang dikatakan telah menyebarkan ajaran-ajaran suci di India dan di antara Bani Israel.
Pendeta itu lebih jauh menerangkan bahwa gulungan-gulungan naskah yang mengisahkan kehidupan dan karya Nabi Isa telah dibawa ke Tibet dari India dan Nepal. Naskah-naskah aslinya ditulis dalam bahasa Pali dan disimpan di Lhasa, tetapi lembaran-lembaran yang berbahasa Tibet ada di Hemis. Ini tidak diketahui oleh umum, karena sebagian para tokoh pendeta di sana mempersembahkan seluruh hidupnya dicurahkan untuk mempelajari seluk-beluk yang berhubungan dengan kehidupan Isa, jadi setiap orang banyak yang mengetahui tentang Isa. Karena ajarannya bukanlah bagian penting dari ajaran Buddha, dan sebagaimana para penyembah Isa, yakni umat Kristen, tidak bisa menerima ajaran Dalai Lama, maka Isa, seperti juga Nabi-nabi yang lain, tidak dikenal oleh kalangan Buddhis sebagai salah seorang guru suci mereka.
Dalam hal ini Notovich bertanya kepada pendeta Buddha itu apabila hal itu sesuatu yang aneh apakah diizinkan untuk melihat naskah-naskah yang menyangkut Isa tersebut yang ada pada pendeta, dan sebagai jawabannya, pendeta itu berkata, bahwa apa yang dimiliki Tuhan, juga dimiliki oleh manusia, dan kewajibannyalah untuk membantu menyebar-luaskan naskah-naskah suci tersebut. Namun begitu, ia lebih jauh mengatakan, bahwa ia benar-benar tidak tahu di perpustakaan mana gulungan-gulungan naskah itu disimpan, tetapi jika Notovich akan berkunjung kembali kepada pendeta, maka ia siap untuk memiliki gulungan-gulungan naskah tersebut dan dengan segala senang hati akan memperlihatkannya kepadanya.
Notovich kemudian kembali ke Leh, tetapi ia memutuskan agar mendapat perkenan untuk kembali lagi ke Hemis, dan tidak lama setelah itu ia menghadiahkan sebuah jam weker dan sebuah thermometer kepada pimpinan pendeta di sana dengan satu pesan bahwa, mungkin sekali ia akan berkunjung kembali sebelum mengakhiri tinggal di Ladakh dan ia mengharap bahwa pendeta suka memperlihatkan gulungangulungan naskah tersebut kepadanya sebagaimana telah dibicarakan. Ia merasa khawatir tidak bisa menggugah kecurigaan pendeta dengan memperlihatkan kembali gulungan-gulungan naskah yang sangat penting itu, namun ia mendapat akal kembali. Di dekat pegunungan Pittah, di mana Biara itu terletak, kudanya tersungkur, akibatnya Notovich terhempas ke tanah dan kakinya terkilir. Ia tidak berniat untuk kembali ke Leh, tapi bahkan menyuruh para pembantunya untuk membawanya ke Hemis, di sana ia disambut dengan baik dan dirawat.
Sementara ia tidak bisa bergerak, seorang anak muda selalu mengalunkan nyanyian-nyanyian do’a di samping tempat tidurnya, dan seorang pendeta tua selalu menyuguhkan ceritera-ceritera yang sangat menarik hati kepadanya. Bahkan dia seringkali membicarakan jam weker dan thermometer, menanyakan kepada Notovich, bagaimana cara menggunakannya dengan benar. Notovich pada gilirannya, tak bosan-bosannya bertanya tentang Isa, dan akhirnya sang pendeta itu pun menyerah juga, lalu ia membawa dua paket besar kepadanya yang berisi kitab-kitab yang lembaran-lembarannya sudah menguning karena tuanya. Kemudian dia membacakan biografi Isa kepada Notovich, yang segera saja ia mengambil catatan untuk mencatat keterangan yang telah diterjemahkan untuknya. Dokumen yang menakjubkan ini ditulis dalam bentuk ayat-ayat, dan kalau bukan berbentuk ayat, seringkali langsung dengan bentuk kisah-kisah.